Langsung ke konten utama

Bismillah; mulai saja dulu.


Kapan terakhir kali kita mengajak diri kita berdiskusi?

Melakukan apa yang sebenarnya kita ingini?

Kemudian bangga dengan keputusan yang kita ambil sendiri?

Bismillah, kata yang membuat semua pertanyaan tadi sebetulnya tidak perlu ditanyakan. Kata besar yang membuat semua terasa kecil. Kata baku yang membuat semua terasa mudah berlalu. Kata kunci yang membuat semua hal tertutup menemukan jalannya lagi. Kata hebat yang membuat semua terasa tidak kuat. 

Tapi baiklah, kita akan mulai dengan menjawab pertanyaan itu satu-persatu.

Diskusi dengan diri sendiri? 

Sering tentu. Hanya terkadang solusi yang sudah kita dapatkan kita kesampingkan. Demi menjaga banyak pasang mata, kita rela membunuh ideologis kita. Padahal kita juga perlu menjaga kewarasan dan menjalankan segala yang terhambat agar bisa keluar. termasuk keinginan itu.

Kapan kita terakhir kali benar-benar melakukan apa yang kita ingini?

Sebagai manusia yang normal kita tentu memiliki keinginan yang rasional. Tapi kembali, keinginan tersebut hanya kita pendam. Lebih menjaga hati orang lain, tanpa peduli dengan apa yang ada dilubuk terdalam.

Tapi apapun itu, selagi tetap mengawalinya dengan bismillah, maka semuanya akan tetap baik-baik saja.

Apakah ada atau bagian mana, yang salah ketika sudah dengan kata bismillah?

Bangga dengan semua keputusan yang kita ambil, adalah hasil dari kemelutnya paradigma diawal. Kita harus selalu bangga bagimanapun hasilnya.

Ketika semua tercapai, ada hasil yang bisa membuat kita merasa puas. Ketika gagal, ada pelajaran berharga yang kita usap.

Sesimpel itu.

Meski selalu ada hal yang tak bisa diubah. Dahan yang sudah patah tidak bisa bersambung kembali, meskipun badai angin itu sudah berhenti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

  Seni syair Arab (Bag. 1). Ketika kita ingin memngetahui sejarah syair arab maka akan lebih mudah jika kita membaginya kedalam beberapa fase. MASA JAHILI Syair arab yang sampai kepada kita dan dikenal sekarang sudah melewati masa yang panjang. Umurnya lebih tua dari syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Dalam perjalanannya syair arab selalu memiliki tempat yang istimewa. Dengan bukti bahwa sebelum Islam lahir di Kota Mekah, dinding Ka’bah dihiasi dengan syair dari pujangga-pujangga ternama di eranya ( Muallaqat ). Pada masa Tabrizy ada sepuluh penyair muallaqat yakni: Umrul Qais, Nabighah, Zuhair, Tarfah, Antarah, Labid, Amru ibn Kulsum, Al-Haris ibn Hilza dan Abidul Abros. Seluruh hasil karya dari kesepuluh orang penyair itu semunya dianggap hasil karya syair yang terbaik dan sudah melewati seleksi yang sangat ketat dari karya syair yang pernah dihasilkan oleh bangsa Arab. Mengapa pada saat itu syair begitu tinggi kedudukannya? Pada masa jahiliah itu tradisi k

Resolusi

 Antara resolusi dan pembatasan takdir. (?) re·so·lu·si /rĂ©solusi/ n putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis. tak·dir n 1 ketetapan Tuhan; ketentuan Tuhan. Dalam perkembangannya, resolusi digunakan untuk makna keinginan atau harapan yang harus dicapai diwaktu yang akan datang. Memiliki resolusi dalam hidup penting, untuk membuat hidup kita lebih terarah, bisa menemukan fokus yang benar. Sehingga apa yang perlu dilakukan dalam hidup bisa terlaksana dengan baik, kemana arah yang harus di tuju bisa dicerna. Tapi memiliki resolusi, apakah tidak mengkotak-kotakan takdir? Artinya dengan adanya resolusi kita hanya berharap takdir kita sesuai dengan yang kita inginkan. Tidak mau jika tidak sesuai dengan keinginan tsb. Tapi bukankah hanya tuhan yang tahu segala macam yang ada didepan? Mungkin iya, dengan resolusi seolah kita hanya menginginkan takdir itu terjadi. Tapi juga, tidak. Karena tuhan pun akan