Seni syair Arab (Bag. 1).
Ketika kita
ingin memngetahui sejarah syair arab maka akan lebih mudah jika kita membaginya
kedalam beberapa fase.
MASA JAHILI
Syair arab
yang sampai kepada kita dan dikenal sekarang sudah melewati masa yang panjang.
Umurnya lebih tua dari syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Dalam
perjalanannya syair arab selalu memiliki tempat yang istimewa. Dengan bukti
bahwa sebelum Islam lahir di Kota Mekah, dinding Ka’bah dihiasi dengan syair
dari pujangga-pujangga ternama di eranya (Muallaqat).
Pada masa Tabrizy ada sepuluh penyair
muallaqat yakni: Umrul Qais, Nabighah, Zuhair, Tarfah, Antarah, Labid, Amru ibn
Kulsum, Al-Haris ibn Hilza dan Abidul Abros. Seluruh hasil karya dari kesepuluh
orang penyair itu semunya dianggap hasil karya syair yang terbaik dan sudah
melewati seleksi yang sangat ketat dari karya syair yang pernah dihasilkan oleh
bangsa Arab.
Mengapa pada saat itu syair begitu
tinggi kedudukannya?
Pada masa jahiliah itu tradisi
keilmuaan ini mempunyai reputasi dan pengaruh besar terhadap sejarah
kesusastraan dan peradaban bangsa arab. Apabila ada orang yang mampu membuat
syair dengan indah maka dia akan mendapatkan derajat yang tinggi di masyarakat.
Menjadi kebanggaan klan, diberikan kehidupan yang layak, dipuji oleh penguasa
sekaligus juga menjadi hiburan yang bisa dikonsumsi oleh semua kalangan
sehingga tidak mengherankan apabila syair menjadi tolok ukur budaya yang
berkembang.
Syair yang mereka lantunkan bertema
macam-macam, ada yang bertema romansa, mitos, perjuangan, ratapan, kebanggaan,
kebahagiaan, hikmah, nasihat dll.
Dari sekian tema besar yang sudah disebutkan
itu memiliki ciri-ciri yang spesial, pertama dari segi pemilihan kata :
1.
Kecenderungan
menggunakan bahasa keseharian mereka dan cenderung fulgar
2.
Bebas
dari infiltrasi bahasa asing (Non Arab)
3.
Bebas
dari majaz yang berlebihan.
4.
Memiliki
ide dan kalimat yang tidak bertele-tele
Yang kedua, dari segi
kesesuaian makna :
1.
Sesuai
dengan realita
2.
Menggunakan
rasa Bahasa yang kuat
3.
Cenderung
pembahasan selesai dalam satu bait, tidak dalam satu kasidah
4.
Menggunakan
makna yang detil pengungkapan ekspresinya.
MASA AWAL ISLAM
Ketika Islam datang dan dibawa oleh
Nabi Muhammad Saw, seni sastra syair mengalami sedikit kemunduran, karena fokus
pada saat itu adalah al-Quran dan al-Hadist, Nabi Muhammad Saw sendiri oleh
Allah Swt diberi garansi untuk tidak diajarkan syair (Yasiin : 69), sehingga
para sahabat dan kaum arab pada saat itu tidak berfokus kesana. Pada masa ini
yang berkembang adalah karya seni tulis dan seni berbicara ditengah khalayak
(pidato).
Meskipun mengalami kemunduran, namun
masih tetap terjaga dengan baik, tidak banyak memang penyair yang lahir dari
generasi ini. Diantara yang menjadi Amiir Syuara pada masa ini adalah Hasan bin
Tsabit, dia merupakan kaum Quraisy yang sebelum memeluk Islam dia adalah orang
yang sangat membenci Nabi Muhammad Saw dan sering menggunakan kepiawaiannya
dalam membuat syair untuk memcerca Nabi Muhammad Saw, baru kemudian setelah
memeluk Islam menjadi orang yang membela Nabi Muhammad Saw dengan syair-syair
nya.
Kemudian ada juga Ka’ab bin Zuhair,
orang yang kemudian mendapatkan penghargaan oleh Nabi Muhammad Saw dengan
diberikan pakaian Nabi yang kemudian dikenal dengan Kasidah Burdah. Meskipun
dalam Kasidah ini masih memiliki corak Syair Jahili karena bait-bait awalnya
menggunakan bait romansa.
Secara umum corak dari syair yang
lahir dalam masa awal Islam ini adah syair yang bertemakan akhlak, nasihat, dan
sesekali menambahkan iqtibas dari ayat-ayat al-Quran.
Komentar
Posting Komentar