Langsung ke konten utama

Postingan

  Seni syair Arab (Bag. 1). Ketika kita ingin memngetahui sejarah syair arab maka akan lebih mudah jika kita membaginya kedalam beberapa fase. MASA JAHILI Syair arab yang sampai kepada kita dan dikenal sekarang sudah melewati masa yang panjang. Umurnya lebih tua dari syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Dalam perjalanannya syair arab selalu memiliki tempat yang istimewa. Dengan bukti bahwa sebelum Islam lahir di Kota Mekah, dinding Ka’bah dihiasi dengan syair dari pujangga-pujangga ternama di eranya ( Muallaqat ). Pada masa Tabrizy ada sepuluh penyair muallaqat yakni: Umrul Qais, Nabighah, Zuhair, Tarfah, Antarah, Labid, Amru ibn Kulsum, Al-Haris ibn Hilza dan Abidul Abros. Seluruh hasil karya dari kesepuluh orang penyair itu semunya dianggap hasil karya syair yang terbaik dan sudah melewati seleksi yang sangat ketat dari karya syair yang pernah dihasilkan oleh bangsa Arab. Mengapa pada saat itu syair begitu tinggi kedudukannya? Pada masa jahiliah itu tradisi k
Postingan terbaru

Resolusi

 Antara resolusi dan pembatasan takdir. (?) re·so·lu·si /résolusi/ n putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis. tak·dir n 1 ketetapan Tuhan; ketentuan Tuhan. Dalam perkembangannya, resolusi digunakan untuk makna keinginan atau harapan yang harus dicapai diwaktu yang akan datang. Memiliki resolusi dalam hidup penting, untuk membuat hidup kita lebih terarah, bisa menemukan fokus yang benar. Sehingga apa yang perlu dilakukan dalam hidup bisa terlaksana dengan baik, kemana arah yang harus di tuju bisa dicerna. Tapi memiliki resolusi, apakah tidak mengkotak-kotakan takdir? Artinya dengan adanya resolusi kita hanya berharap takdir kita sesuai dengan yang kita inginkan. Tidak mau jika tidak sesuai dengan keinginan tsb. Tapi bukankah hanya tuhan yang tahu segala macam yang ada didepan? Mungkin iya, dengan resolusi seolah kita hanya menginginkan takdir itu terjadi. Tapi juga, tidak. Karena tuhan pun akan

Tanggapan atas kritik Imam Ibnu Hajar al-Asqālani terhadap Tafsir ar-Rāzi.

  Tafsir al-Kabīr atau lebih dikenal dengan nama Mafātihul Ghaib adalah kitab tafsir yang menganut metode tafsir bi ar-ra’yi di dalamnya membahas berbagai macam displin ilmu dari mulai bahasa, alam, filsafat, tabiat, astronomi, matematika   bahkan kedokteran. Namun yang paling kental dalam pembahsannya adalah mengenai ilmu kalam sehingga tidak heran jika tafsir ini dijadikan sebagai salasatu rujukan dalam memamhami ilmu kalam khususnya Akidah Asy’ariyah. Hampir di setiap ayatnya mengandung perdebatan sudut pandang Asya’irah dengan berbagai macam aliran pemikiran. Tafsir yang diprakarsai oleh Syaikhul Islam Fakhrudin ar-razi (544-606 H) ini banyak menuai pujian sekaligus juga krtitikan, pujian yang dilayangkan kepada penulisnya tentu karena keistimewaan dari tafsir tersebut. Sampai beberapa mufasir di era berikutnya juga banyak yang metode penafsirannya dipengaruhi oleh ar-Rāzi ini, seperti Imam Abu Hayyan al-Andalusi, Imam Baidhawi, Imam Ibnu Katsir, Imam Ibnu Ajibah, Imam Alusi,

Mesir mampu memilih jodohnya sendiri.

Santri KHAS Mesir masih dalam suasana berkabung, setelah 7 hari yang lalu tepatnya tanggal 8 Juni 2022 ditinggal oleh salasatu anggotanya yang Bernama Taufik Ramadhan bin Salim, setelah kurang lebih 10 hari berjuang keras melawan penyakit yang cukup membuatnya menderita; TBC tingkat lanjut. Begitu diagnosa dokter yang kawan-kawan terima. Taufik merupakan orang yang rajin, cerdas dan kuat dalam hafalan, hal itu dibuktikan dengan masuknya ia ke Pondok Pesantren KHAS Kempek diusia yang masih belia. Dia masuk pondok kelas 5 Sekolah Dasar dan di usia sebelia itu dia bisa mengikuti dengan baik pelajaran seperti santri baru pada umumnya yang usianya terpaut diatasnya.   Setelah dari Pondok Pesantren KHAS Kempek, Taufik melanjutkan perjalananya ke Lirboyo, lalu ke Sarang, Ke Jogja dan kemudian memilih Mesir dan Al-Azhar sebagai tujuan dari pengembaraan ilmu selanjutnya. Beasiswa jalur PBNU ia raih, Iapun berangkat ke Mesir bersama dengan beberapa delegasi yang lain, para wakil terbaik

Mengapa di dalam al-Quran hanya menggunakan huruf nida (يا)?

Kita tahu manusia adalah makhluk sosial, dia membutuhkan orang lain dalam kehidupannya sehingga dia akan selalu melakukan interaksi baik langsung atau melalui gadget yang ada sekarang, dan setiap kali akan melakukan intersaksi tersebut yang pertama kali dilakukan adalah memanggil atau menyeru. Allah swt, ketika manusia sudah menerima amanat sebagai pemimpin yang sebelumnya ditolak oleh langit, bumi bahkan gunung ( al-Ahzab:72 ), ingin selalu memonitoring dan berinteraksi dengan manusia itu. Memberikan pengarahan, aturan, hukum bahkan anjuran agar manusia bisa menjaga amanat yang sudah diberikan dengan baik. Adapun bentuk interaksi ini di dalam al-Quran menggunakan Uslub Kalami , maka secara otomatis setiap pesan yang disampaikan diawali juga dengan memanggil, atau dalam bahasa Arab disebut an-Nida . Secara Bahasa an-Nida merupakan sebuah panggilan dengan menggunakan suara, baik dengan suara lantang, suara rendah, jauh atau dekat. Di dalam konteks Bahasa Arab Ketika ingin menggu

Berhaji; Rawan dihinggapi 3 sifat ini

Umat Islam dibelahan dunia manapun, menginginkan berhaji. Sebagian mereka percaya bahwa orang yang sudah melakukan ibadah ini berarti sudah purna dalam melakukan semua ibadah pokok   atau pilar-pilar ibadah yang diperintahkan oleh agama (hadist Ibnu Umar ra). Bukan hanya itu, karena ibadah haji adalah ibadah yang membutuhkan kemampuan fisik dan finansial sehingga bagi sebagian orang melakukannya merupakan sebuah kebanggaan. Meskipun dalam hadist lain dijelaskan ketika belum mampu berhaji maka ada alternatif yang bisa dilakukan yaitu dengan melakukan salat jumat dengan baik maka pahalanya akan sama dengan orang yang berhaji. Kalau kita tilik sejarah, berhaji adalah ibadah yang pertama kali disyariatkan kepada Nabi Adam As (QS. Ali Imran ; 96) , kemudian   Nabi Hud As dan Nabi Saleh As (Hadist Ibnu Abbas) kemudian kepada Nabi Ibrahim As dan Nabi Ismail As (QS. Al-Hajj ; 26-28 ). dalam rangka mengenang slide kehidupan, sebagai demonnstrasi simbolis dan falsafah penciptaan makhluk pert

Bismillah; mulai saja dulu.

Kapan terakhir kali kita mengajak diri kita berdiskusi? Melakukan apa yang sebenarnya kita ingini? Kemudian bangga dengan keputusan yang kita ambil sendiri? Bismillah, kata yang membuat semua pertanyaan tadi sebetulnya tidak perlu ditanyakan. Kata besar yang membuat semua terasa kecil. Kata baku yang membuat semua terasa mudah berlalu. Kata kunci yang membuat semua hal tertutup menemukan jalannya lagi. Kata hebat yang membuat semua terasa tidak kuat.  Tapi baiklah, kita akan mulai dengan menjawab pertanyaan itu satu-persatu. Diskusi dengan diri sendiri?  Sering tentu. Hanya terkadang solusi yang sudah kita dapatkan kita kesampingkan. Demi menjaga banyak pasang mata, kita rela membunuh ideologis kita. Padahal kita juga perlu menjaga kewarasan dan menjalankan segala yang terhambat agar bisa keluar. termasuk keinginan itu. Kapan kita terakhir kali benar-benar melakukan apa yang kita ingini? Sebagai manusia yang normal kita tentu memiliki keinginan yang rasional. Tapi kembali, keinginan te