Umat Islam dibelahan dunia manapun,
menginginkan berhaji. Sebagian mereka percaya bahwa orang yang sudah melakukan
ibadah ini berarti sudah purna dalam melakukan semua ibadah pokok atau pilar-pilar ibadah yang diperintahkan
oleh agama (hadist Ibnu Umar ra). Bukan hanya itu, karena ibadah haji adalah
ibadah yang membutuhkan kemampuan fisik dan finansial sehingga bagi sebagian
orang melakukannya merupakan sebuah kebanggaan. Meskipun dalam hadist lain
dijelaskan ketika belum mampu berhaji maka ada alternatif yang bisa dilakukan
yaitu dengan melakukan salat jumat dengan baik maka pahalanya akan sama dengan
orang yang berhaji.
Kalau kita tilik sejarah, berhaji adalah ibadah
yang pertama kali disyariatkan kepada Nabi Adam As (QS. Ali Imran ; 96),
kemudian Nabi Hud As dan Nabi Saleh As (Hadist
Ibnu Abbas) kemudian kepada Nabi Ibrahim As dan Nabi Ismail As (QS. Al-Hajj
; 26-28). dalam rangka mengenang slide kehidupan, sebagai demonnstrasi
simbolis dan falsafah penciptaan makhluk pertama Nabi Adam As, sehingga ibadah
haji bukan sekedar ibadah jasmani tapi juga ibadah ruhani, mulai dari, Tawaf,
Sa’i, lempar jumrah, mabit, dll, meskipun
kemudian di era jahiliyah berubah dan beralih menjadi sebuah ajang seremonial
yang diisi dengan perlombaan membaca syair, puisi, bersiul dan melakukan
kegiatan di luar dari apa yang diperintahkan pertamakali, mengisi ka’bah dengan
berbagai berhala, dindingnya ditulisi syair Arab dengan berbagai tema, mulai
dari ratapan, perempuan, kebersahajaan, heroik dan kepahlawanan sampai datang
Nabi Muhammad Saw, dan pada tahun ke 6 hijriyah baru ibadah Haji ini di
syariatkan kembali.
Nabi Muhammad Saw memerintahkan untuk melakukan
ibadah ini dengan dengan penuh kehati-hatian, tidak hanya dianggap goal ketika
bisa memenuhi syarat dan rukun yang sudah dijelaskan oleh al-Quran dan al-Hadist,
tapi juga harus menjaga diri dari sifat-sifat yang dilarang selama
melakukannya.
Dalam surat al-Baqarah 197 ada 3 sifat yang
rawan hinggap kepada orang yang berhaji, dalam keadaan biasa, mungkin orang
akan mampu menahannya tapi ketika akan melaksanakan haji, 3 sifat ini seolah
naik level, sehingga di nash dalam al-Quran agar diperhatikan.
Pertama: Rafats
Dalam terminologi Arab dikatakan bahwa Rafats
adalah kegiatan yang mengarah pada terjadinya Jimak, baik berupa ucapan semisal
rayuan, kata-kata mesra atau perbuatan. Orang yang berhaji memiliki
kecenderungan yang lebih mengenai hal ini, entah itu kepada istrinya atau
bahkan kepada orang lain. Seolah-olah ada dorongan kuat untuk melakukannya.
Sehingga Allah Swt mewanti-wanti agar sifat ini dijauhi. Bahkan sahabat Ibnu
Abbas mengatakan “Tidaklah sah orang yang berhaji lalu kemudian melakukan
Rafats”.
Sehingga dalam literatur fikih, apabila dalam
proses melaksanakan ibadah haji, sampai terjadi jimak maka tidak sah hajinya,
apabila hanya sampai pada permulaannya, seperti mencium atau menyentuh
maka dia terkena Dam atau denda
dengan menyembelih unta yang besar.
Kedua : fusuq
Adalah segala macam perbuatan yang keluar dari
ketaatan kepada Allah Swt. Dalam hal ini kemaksiatan, apapun jenisnya,
kemaksiatan sangat dilarang Allah Swt terlebih lagi ketika dalam keadaan
berhaji. Kerena kemuliaan tempat dan waktunya. Makkah dan Madinah yang
merupakan tempat mulia, bulan Haji yang juga merupakan bulan mulia.
Ketiga : Jidal
Adalah perbuatan yang mengarahkan kepada
permusuhan atau cek-cok dengan orang lain, ketika sedang berhaji, akan ada saja
hal yang membuat kita merasa terusik sehingga memberikan dorongan yang berlebih
untuk kemudian melakukan perbuatan ini.
Allah Swt menyuruh kita agar menahan diri dari
sifat-sifat yang sudah dijelaskan, Rafats, Fusuq, dan Jidal.
Dalam memberikan dalilpun Allah Swt bukan dengan menggunakan sighat Nahyi;
sekedar larangan kepada orang yang melakukan, akan tetapi dengan menggunakan La
linafyil jins ; yang bermakna meniadakan sama sekali sifat-sifat tersebut.
Bukan hanya sifatnya yang jelas, akan tetapi semua yang berkaitan, baik
permulaan, yang dibayangkan, niat atau bahkan baru terbesit. Allah Swt sudah
melarang untuk melakukannya. Tujuannya tentu, agar ibadah haji yang dilakukan
bersih dan murni ibadah kepada Allah Awt. Karena pahala yang dijanjikan Allah
Swt sangat luar biasa terhadap ibadah ini, maka treathmentnya pun perlu
ekstra dalam melakukannya.
Semoga kita semua diberikan rezeki untuk bisa
melakukan ibadah haji, berziarah kepada Baginda Nabi dan mengunjungi Makah serta
Madinah sebagai kota suci. Amiin ya rabbal ‘alamin.
Komentar
Posting Komentar