Santri KHAS
Mesir masih dalam suasana berkabung, setelah 7 hari yang lalu tepatnya tanggal
8 Juni 2022 ditinggal oleh salasatu anggotanya yang Bernama Taufik Ramadhan bin
Salim, setelah kurang lebih 10 hari berjuang keras melawan penyakit yang cukup
membuatnya menderita; TBC tingkat lanjut. Begitu diagnosa dokter yang
kawan-kawan terima.
Taufik
merupakan orang yang rajin, cerdas dan kuat dalam hafalan, hal itu dibuktikan
dengan masuknya ia ke Pondok Pesantren KHAS Kempek diusia yang masih belia. Dia
masuk pondok kelas 5 Sekolah Dasar dan di usia sebelia itu dia bisa mengikuti dengan
baik pelajaran seperti santri baru pada umumnya yang usianya terpaut
diatasnya.
Setelah
dari Pondok Pesantren KHAS Kempek, Taufik melanjutkan perjalananya ke Lirboyo,
lalu ke Sarang, Ke Jogja dan kemudian memilih Mesir dan Al-Azhar sebagai tujuan
dari pengembaraan ilmu selanjutnya.
Beasiswa
jalur PBNU ia raih, Iapun berangkat ke Mesir bersama dengan beberapa delegasi
yang lain, para wakil terbaik dari berbagai wilayah dan merupakan kader dari
NU. Di waktu ke 6 bulannya di Mesir ia dinyatakan sakit oleh dokter sampai
kemudian ia meninggal dunia dan makamkan di Komplek Pemakaman Madinat al-Bu’uts
al-Islamiyah di Kawasan al-Wafa wa al-Amal.
Sebelum ia
mengehembuskan nafas terakhirnya di RS. Shodr Abbasea, taufik sempat akan
dibawa pulang ke Indonesia untuk mendapatkan perawatan yang lebih lanjut, namun
ketika hendak dibawa ke Bandara Internasional Kairo, tiba-tiba sakitnya kambuh dan
dengan terpaksa ia Kembali dirawat di RS tersebut sampai kemudian meninggal dan
di Salatkan di Masjid al-Azhar.
Kalau kita
kulik dari isyarah yang ada, kemungkinan tanah Mesir jatuh cinta kepada Taufik,
Kairo sebagai ibukotanya memiliki power untuk memaksa kehendak, karena banyak
berseliweran maqolah dikalangan mahasiswa bahwa kairo atau dalam Bahasa Arab القاهرة memiliki kemampuan memaksakan kehendak.
القاهرة : إن لم تقهرها قهرتك
Ketika kamu
tidak bisa memaksanya maka dia yang akan memaksamu.
Meski
begitu, Taufik juga sangat berbahagia karena ia bisa berkumpul dengan para wali
dan Ahlul bait di Mesir dalam waktu yang lama.
Teringat
sebuah kisah dari Sayyidah Zainab; putri dari Imam Husein Ra, yang memilih
mesir untuk dijadikan sebagai tempat bernaung setelah banyak pergolakan yang
terjadi di Madinah dan Kuffah, hingga kemudian makam mulia beliau juga ada di
Mesir.
Imam
Syafii, yang lahir di Gaza – Palestina, beliau melakukan perjalanan untuk ilmu
ke berbagai wilayah seperti Mekkah, Madinah, Yaman lalu ke Iraq dan memilih
Mesir sebagai tempat beliau memutakhirkan pendapatnya mengenai madzhab dengan
yang kita kenal sebagai Qaul Jadid serta memilih mesir sebagai tempat
peristirahatan terakhirnya.
Sayyidah
Nafisah, yang merupakan cucu Nabi Muhammad Saw juga memilih Mesir untuk
dijadikan tempatnya bernaung dan bahkan beliau telah menyiapakan maqam yang
beliau keruk dengan tangannya sendiri, menyolati tempat tersebut dan membacakan
al-Quran didalamnya. Sempat suami dari Sayyidah Nafisah hendak memindahkan
maqam beliau ke Madinah, namun penduduk Mesir menahannya dan karena kecintaan
penduduknya itu suaminya mengikhlaskan Sayyidah Nafisah untuk tetap dimakamkan
di Mesir.
Dan masih
banyak wali dan ahlul bait yang memilih Mesir atau dipilih Mesir untuk jadi
tempat peristirahatan terakhirnya dan tidak Kembali ke negara mereka. Semoga
Taufik di tempatkan Allah bersama dengan orang-orang yang saleh, ahli ilmu dan
memiliki tempat yang baik disisi Allah Swt. Amiin.
Tulisan ini
dibuat dalam rangka memperingati 7 hari wafatnya anggota IKHWAN KHAS MESIR
saudara Taufik Ramadhan bin Salim.
Komentar
Posting Komentar